Tepatnya hari
sabtu, tanggal 29 september 2018 M /19
muharram 1440 H, dari pukul 14.00 sampai ashar dalam acara kajian Risalah
Shohabiyyah yang dilaksanakan setiap sabtu ke-satu dan sabtu ke-lima dengan
pemateri Al-Ustadz Hanafi Anshory, S.P.d.I. Judul yang disajikan pada sabtu
kali ini adalah “Asma binti Yazid Al-Anshoriyyah Radliyallahu ‘Anha” Juru Bicara Kaum Wanita (khotibatunnisa).
Dalam muqadimahnya
al-ustadz mengatakan ada beberapa sifat yang baik untuk perempuan dan jelek
untuk laki-laki, diantaranya :
1. Penakut
2. Pelit
3. Pemalu
Diawal
pembahasannya tentang Asma binti Yazid Al-Anshoriyah, al-ustadz membahas
peristiwa bai’at Asma binti Yazid ra. yang terdapat dalam surat Al-Mumtahanah ayat
12.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ
إِذَا جَآءَكَ ٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ يُبَايِعۡنَكَ عَلَىٰٓ أَن لَّا يُشۡرِكۡنَ بِٱللَّهِ
شَيۡٔٗا وَلَا يَسۡرِقۡنَ وَلَا يَزۡنِينَ وَلَا يَقۡتُلۡنَ أَوۡلَٰدَهُنَّ وَلَا
يَأۡتِينَ بِبُهۡتَٰنٖ يَفۡتَرِينَهُۥ بَيۡنَ أَيۡدِيهِنَّ وَأَرۡجُلِهِنَّ وَلَا
يَعۡصِينَكَ فِي مَعۡرُوفٖ فَبَايِعۡهُنَّ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُنَّ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ
غَفُورٞ رَّحِيمٞ
“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman
untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak
akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan
berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak
akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka
dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S.al-Mumtahanah : 12).
Mengenai ayat ini,
ada penjelasan dari ‘Aisyah ra. bahwa bai’at ini dilaksanakan oleh laki-laki
dan perempuan kurang lebih 500 orang, yang salah satunya adalah Asma binti Yazid
al-Anshoriyyah ra. Rasulullah SAW membai’at laki-laki dan perempuan dengan cara
yang berbeda. Jika Rasulullah membai’at kaum laki-laki dengan cara berjabat
tangan, sedangkan dengan kaum perempuan Rasulullah SAW membai’at hanya dengan ucapan
saja.
Berikut ini
janji-janji Asma binti Yazid ra. :
1. Tidak
akan musyrik
2. Tidak
akan mencuri
3. Tidak
akan berzina
4. Tidak
akan membunuh
5. Tidak
akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki dan tidak akan
mendurhakaimu dalam urusan yang baik
Dalam Tafsir Ibnu
Katsir, Al-Bidayah wa Nihaayah, 12 : 128, dan Al-Syamilah, Asma binti Yazid ra.
pernah berbai’at kepada Rasulullah SAW pada perang Yarmuk, ia telah membunuh sembilan
orang pasukan Romawi menggunakan tonggak kemahnnya dimalam pesta pernikahannya.
Asma menetap tinggal di Damasya (Damaskus). Adapun pemakamannya terletak di Baabush
Shaqir.
Dan diantara para
wanita yang dibai’at oleh Rasulullah SAW terdapat bibi dari Asma binti Yazid.
Dia (bibinya) mengenakan gelang dan cincin
dari emas, maka rasulullah SAW bersabda kepadanya : “Apakah kamu suka jika
Allah mengenakanmu gelang dan cincin dari api neraka pada hari kiamat kelak”.
Maka dia berkata “Aku berlindung diri dari Allah wahai nabi Allah”. Kemudian Asma
menyuruh bibinya untuk membuang sesuatu yang ada padanya, lalu gelang dan cincin
tersebut dibuangnya.
Maksud dari cerita
diatas yang dikutip dari Hadits Riwayat Ahmad no. 26291 ini adalah bahwa bukan
berarti apa yang kita kenakan berupa perhiasan harus dibuang. Akan tetapi,
maksudnya adalah harus menunaikan zakat. Bukan hanya itu, bahwa perhiasan yang
kita pinjam juga harus menunaikan zakat, baik emas ataupun perak. Jika tidak,
maka Allah akan memakaikan gelang dari api neraka kelak.
Kemudian, jika
kita menginfaqan harta kita semata-mata karena ridla-Nya, maka apapun yang kita
infaqan akan menjadi pemberat timbangan kebaikan pada hari kiamat. Seperti
dalam potongan Hadits Riwayat Ahmad no. 26311 yang artinya “Barang siapa yang
menambatkan tali kekang kuda dijalan Allah, dan menginfaqannya semata-mata
mencari ridla-Nya, maka kenyangnya, rasa laparnya, anginnya, rasa dahaganya,
kencingnya, dan kotorannya berada dalam timbangan-Nya pada hari kiamat”.
Dalam penutup
kajian ini al-ustadz mengatakan bahwa pencari ilmu itu ada dua :
1. Dicari
untuk diamalkan
2. Dicari
untuk dikoleksi
Maka kita jangan hanya mengoleksi ilmu. Tapi,juga harus diamalkan.
Maka kita jangan hanya mengoleksi ilmu. Tapi,juga harus diamalkan.
Dalam kajian
ini ada beberapa pertanyaan, diantaranya :
1. Pertanyaan
dari Nabila Zahra al-Qonita (IX Tsanawiyyah PPI 259 Firdaus) :
Apakah membicarakan orang tentang kebaikannya itu sama dengan
ghibah ?
Jawab al-ustadz :
Tidak, karena apabila orang itu senang dengan apa yang
dibicarakannya oleh orang lain, maka itu tidak termasuk ghibah.
Ghibah yang menjadi boleh diantaranya :
-
Dihakim atau pengadilan
-
Mengingatkan dengan memberi contoh akan tetapi
tidak menyebutkan nama
2. Pertanyaan
dari Nazwa Syihab Prabawati (XI Mu’allimien PPI 259 Firdaus) :
Bagaimana cara
agar kita semangat mencari ilmu ?
Jawab al-ustadz
:
1. Motivasi
hidup
2. Mempunyai
cita-cita yang tinggi
3. Mempunyai
lingkungan yang penuh motivasi dan kuat cita-citanya
@ Kominfo UG PPI 259 Firdaus Angkatan VI
Posting Komentar