Rumah Tangga Nabawi bersama ‘Aisyah binti Abu Bakar
Ash-Shiddiq Radliyallahu ‘Anha
Rasulullah saw. menikahinya
pada bulan Syawwal tahun kesebelas dari nubuwah, selang setahun setelah menikahi
Saudah atau dua tahun lima bulan sebelum hijrah. Beliau menikahinya saat dia
masih berusia enam tahun, lalu hidup bersama beliau pada bulan Syawwal, tujuh
bulan setelah hijrah ke Madinah, yang saat itu umurnya sembilan tahun. Aisyah
adalah seorang gadis dan beliau tidak menikahi gadis kecuali Aisyah. Dia
termasuk orang yang amat dicintai Rasulullah saw. dan merupakan wanita
yang paling banyak ilmunya di tengah umat.(Syaikh Shafiyyurahman
Al-Mubarakfuri, ar-Rahiq al-Makhtum -Sirah Nabawiyah-, hlm. 579; cet
ke-39, Nov 2013; Jak-Tim: Pustaka Al-Kautsar)
Haditsul Ifki (Berita Bohong)
Dalam peperangan Bani Mushthaliq atau
Perang Al-Muraisi’ yang sekalipun peperangan ini tidak berjalan lama dan tidak
berlarut-larut dilihat dari pertimbangan militer, tetapi di sini terjadi
beberapa peristiwa yang mengguncang dan meresahkan masyarakat Islam, karena
ulah orang-orang munafik, tetapi justru memberi pelajaran yang sangat berharga
bagi masyarakat Islam, keteguhan, kemuliaan, dan kebersihan jiwa, sekaligus
mendatangkan beberapa ketetapan syariat. Peperangan ini terjadi pada bulan
Sya’ban 6 H menurut pendapat yang lebih benar. Adapun beberapa peristiwa lain
yang muncul dalam peperangan ini ialah karena ulah pemimpin munafiqin, Abdullah
bin Ubay bin Salul dan rekan-rekannya.(diringkas dari ar-Rahiq
al-Makhtum -Sirah Nabawiyah-, ibid.hlm. 386-387)
Dalam perang ini pula terdapat kisah
yang bohong. Berikut pemaparan langsung dari ‘Aisyah:
Imam Al-Bukhari berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdul
Aziz bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'ad
dari Shalih dari Ibnu Syihab ia berkata; telah menceritakan
kepadaku 'Urwah bin Az Zubair dan Sa'id bin Al Musayyab dan 'Alqamah
bin Waqash Al Laitsi dan 'Ubaidullah bin Abdullah bin 'Uqbah bin Mas'ud
dari 'Aisyah radliallahu 'anha istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
yaitu ketika orang-orang penuduh berkata kepadanya seperti apa yang telah
mereka katakan. Mereka semuanya bercerita kepadaku, sekelompok orang becerita
berdasarkan apa yang disampaikan 'Aisyah dan sebagian lagi hanya perkiraan
mereka, lalu aku menetapkan hadits dari kisah-kisah yang berkenaan dengan
peristiwa ini dan aku juga memasukkan hadits-hadits dari mereka yang
diceritakan kepadaku dari 'Aisyah dan sebagian lagi hadits saling menguatkan
satu sama lain, dimana mereka menduga kepada sebagian yang lain, mereka berkata
'Aisyah berkata: "Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hendak
mengadakan suatu perjalanan, beliau biasa mengundi diantara istri-istri beliau,
jika nama seorang dari mereka keluar, berarti dia ikut bepergian bersama
beliau. Pada suatu hari beliau mengundi nama-nama kami untuk suatu peperangan
yang beliau lakukan, maka keluar namaku hingga aku turut serta bersama
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam setelah turun ayat hijab. Aku dibawa didalam
sekedup dan ditempatkan didalamnya. Kami lalu berangkat, ketika Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam selesai dari peperangan tersebut, kamipun kembali
pulang. Tatkala kami dekat dengan Madinah, beliau mengumumkan untuk
beristirahat malam. Maka aku keluar dari sekedup saat beliau dan rombongan
berhenti, lalu aku berjalan hingga meninggalkan pasukan. Setelah aku selesai
menunaikan keperluanku, aku kembali menuju rombongan, betapa terkejutnya aku,
ketika aku meraba dadaku ternyata kalungku yang terbuat dari negeri Zhafar
terjatuh. Maka aku kembali untuk mencari kalungku. Aisyah melanjutkan;
"Kemudian orang-orang yang membawaku datang dan membawa sekedupku, dan
menaikkannya di atas unta yang aku tunggangi. Mereka menduga aku sudah berada
didalam sekedup itu. Memang masa itu para wanita berbadan ringan, tidak terlalu
berat, dan mereka tidak banyak daging, mereka hanya makan sesuap makanan. Oleh
karena itu orang-orang yang membawa sekedupku tidak curiga dengan ringannya
sekedupku ketika mereka mengangkatnya. Saat itu aku adalah wanita yang masih
muda. Lalu mereka menggiring unta dan berjalan. Sementara aku baru mendapatkan
kembali kalungku setelah pasukan telah berlalu. Aku lalu mendatangi tempat
rombongan berhenti, namun tidak ada seorangpun yang tertinggal. Setelah itu aku
kembali ke tempatku semula dengan harapan mereka merasa kehilangan aku lalu
kembali ke tempatku. Ketika aku duduk, aku terserang rasa kantuk hingga
akhirnya aku tertidur. Shafwan bin Al Mu'aththal As Sulami Adz Dzakwan datang
menyusuk dari belakang pauskan, kemudian dia menghampiri tempatku dan dia
melihat ada bayangan hitam seperti orang yang sedang tidur. Dia mengenaliku
saat melihat aku. Dia memang pernah melihat aku sebelum turun ayat hijab. Aku
langsung terbangun ketika mendengar kalimat istirja'nya, (ucapan innaa lillahi
wa inanaa ilaihi raji'un), saat dia mengenali aku. Aku langsung menutup mukaku
dengan jilbabku. Demi Allah, tidaklah kami berbicara sepatah katapun dan aku
juga tidak mendengar sepatah katapun darinya kecuali kalimat istirja'nya, dia
lalu menghentikan hewan tunggangannya dan merundukkannya hingga berlutut. Maka
aku menghampiri tunggangannya itu lalu aku menaikinya. Dia kemudian berjalan
sambil menuntun tunggangannya itu hingga kami dapat menyusul pasukan setelah
mereka berhenti di tepian sungai Azh Zhahirah untuk singgah di tengah panasnya
siang. Aisyah berkata; "Maka binasalah orang yang binasa." Dan orang
yang berperan besar menyebarkan berita bohong ini adalah Abdullah bin Ubay bin
Salul." - 'Urwah berkata; Dikabarkan kepadaku bahwa Abdullah bin Ubay
menyebarkan berita bohong itu, menceritakannya, membenarkannya dan
menyampaikannya kepada orang-orang sambil menambah-nambahinya- 'Urwah juga
berkata; "Tidak disebutkan orang-orang yang juga terlibat menyebarkan berita
bohong itu selain Hasaan bin Tsabit, Misthah bin Utsatsah dan Hamnah binti
Jahsyi. Aku tidak tahu tentang mereka melainkan mereka adalah sekelompk orang
sebagaimana Allah Ta'ala firmankan. Dan yang paling berperan diantara mereka
adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. 'Urwah berkata; 'Aisyah tidak suka mencela
Hassan, dia berkata bahwa Hassan adalah orang yang pernah bersya'ir:
"Sesungguhnya ayahku, dan ayahnya serta kehormatanku adalah untuk
kehormatan Muhammad sebagai tameng dari kalian." Selanjutnya 'Aisyah berkata;
"Setibanya kami di Madinah, aku menderita sakit selama satu bulan sejak
kedatanganku, sementara orang-orang sibuk dengan berita bohong yang diucapankan
oleh orang-orang yang membawa berita bohong. Sementara aku sama sekali tidak
menyadari sedikitpun adanya berita tersebut. Namun aku curiga, bila beliau
shallallahu 'alaihi wasallam hanya menjengukku saat sakitku dan aku tidak
merasakan kelembutan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seperti yang biasa
aku dapatkan dari beliau ketika aku sedang sakit. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam hanya masuk menemuiku dan memberi salam lalu bertanya:
"Bagaimana keadaanmu", lantas pergi. Inilah yang membuat aku gelisah,
namun aku tidak menyadari adanya keburukan yang sedang terjadi. Pada suatu hari,
aku keluar (dari rumahku) saat aku merasa sudah sembuh. Aku keluar bersama Ummu
Misthah menuju Al Manashi', tempat kami biasa membuang hajat dan kami tidak
keluar kesana kecuali di malam hari, Hal itu sebelum kami membuat tempat buang
hajat di dekat rumah kami. 'Aisyah berkata; "Dan kebiasaan kami sama
seperti kebiasaan orang-orang Arab dahulu, bila buang hajat diluar rumah (atau
di lapangan terbuka). Kami merasa tidak nyaman bila membuat tempat buang hajat
dekat dengan rumah-rumah kami". 'Aisyah melanjutkan; "Maka aku dan
Ummu Misthah, -dia adalah anak Abu Ruhum bin Al Muthallib bin Abdu Manaf,
sementara ibunya adalah anak dari Shakhar bin 'Amir, bibi dari ibu Abu Bakr Ash
Shiddiq, sedangkan anaknya bernama Misthah bin Utsatsah bin 'Abbad bin Al
Mutahllib- setelah selesai dari urusan kami, aku dan Ummu Misthah kembali
menuju rumahku. Tiba-tiba Ummu Misthah tersandung kainnya seraya berkata;
"Celakalah Misthah." Aku katakan kepadanya; "Sungguh buruk apa
yang kamu ucapkan tadi. Apakah kamu mencela seorang laki-laki yang pernah ikut
perang Badar?" Dia berkata; "Wahai putri, apakah anda belum mendengar
apa yang dia ucapkan?". Aku bertanya; "Apa yang telah
diucapkannya?" Ummu Misthah menceritakan kepadaku tentang ucapan
orang-orang yang membawa berita bohong (tuduhan keji). Kejadian ini semakin
menambah sakitku diatas sakit yang sudah aku rasakan. Ketika aku kembali ke
rumahku, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk menemuiku lalu memberi
salam dan bersabda: "Bagaimana keadaanmu?". Aku bertanya kepada beliau;
"Apakah engkau mengizinkanku untuk pulang ke rumah kedua orangtuaku."
'Aisyah berkata: "Saat itu aku ingin mencari kepastian berita dari pihak
kedua orang tuaku." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberiku
izin, lalu aku bertanya kepada ibuku; "Wahai ibu, apa yang sedang
dibicarakan oleh orang-orang?" Ibuku menjawab: "Wahai putriku,
tenanglah. Demi Allah, sangat sedikit seorang wanita yang tinggal bersama
seorang laki-laki yang dia mencintainya serta memiliki para madu melainkan
mereka akan mengganggunya." 'Aisyah berkata; aku berkata;
"Subhanallah, apakah benar orang-orang tengah memperbincangkan masalah
ini." 'Aisyah berkata; "Maka aku menangis sepanjang malam hingga pagi
hari dengan penuh linangan air mata dan aku tidak dapat tidur dan tidak bercelak
karena terus menangis, hingga pagi hari aku masih menangis. 'Aisyah
melanjutkan; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memanggil 'Ali bin
Abi Thalib dan Usamah bin Zaid ketika wahyu belum turun, beliau bertanya kepada
keduanya dan meminta pandangan perihal rencana untuk berpisah dengan istri
beliau. 'Aisyah melanjutkan; Usamah memberi isyarat kepada beliau tentang apa
yang diketahuinya berupa kebersihan keluarga beliau dan apa yang dia ketahui
tentang mereka pada dirinya. Usamah berkata: "Keluarga anda, tidaklah kami
mengenalnya melainkan kebaikan." Sedangkan 'Ali bin Abi Thalib berkata;
"Wahai Rasulullah, Allah tidak akan menyusahkan anda, sebab masih banyak
wanita-wanita lain. Tanyakanlah kepada sahaya wanitanya yang akan membenarkan
anda." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memanggil Barirah dan
bersabda: "Wahai Barirah, apakah kamu pernah melihat sesuatu yang
meragukan pada diri Aisyah?". Barirah menjawab: "Demi Dzat Yang
mengutus anda dengan benar, aku tidak pernah melihatnya sesuatu yang meragukan.
Kalaupun aku melihat sesuatu padanya tidak lebih dari sekedar perkara kecil,
dia juga masih sangat muda, dia pernah tidur di atas adonan milik keluargaya
lalu dia memakan adonan tersebut." 'Aisyah melanjutkan; "Suatu hari,
di saat beliau berdiri di atas mimbar, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berdiri untuk mengingatkan Abdullah bin Ubay bin Salul. Beliau bersabda:
"Wahai sekalian kaum Muslimin, siapa orang yang dapat membebaskan aku dari
orang yang aku dengar telah menyakiti keluargaku. Demi Allah, aku tidak
mengetahui keluargaku melainkan kebaikan. Sungguh mereka telah menyebut-nyebut
seseorang (maksudnya Shafwan) yang aku tidak mengenalnya melainkan kebaikan,
tidaklah dia mendatangi keluargaku melainkan selalu bersamaku." 'Aisyah
berkata; "Maka Sa'ad bin Mu'adz, saudara dari Bani 'Abdul Ashal berdiri
seraya berkata: "Aku wahai Rasulullah, aku akan membalaskan penghinaan ini
buat anda. Seandainya orang itu dari kalangan suku Aus, aku akan memenggal
batang lehernya dan seandainya dari saudara kami dari suku Khazraj, maka
perintahkanlah kepada kami, pasti kami akan melaksanakan apa yang anda
perintahkan." 'Aisyah melanjutkan; Lalu beridirilah seorang laki-laki dari
suku Khazraj -Ibunya Hassan adalah anak dari pamannya- dia adalah Sa'ad bin 'Ubadah,
pimpinan suku Khazraj. 'Aisyah melanjutkan; "Dia adalah orang yang shalih,
namun hari itu terbawa oleh sikap kesukuan sehingga berkata kepada Sa'ad bin
Mu'adz; "Dusta kamu, demi Allah yang mengetahui umur hamba-Nya, kamu tidak
akan membunuhnya dan tidak akan dapat membunuhnya. Seandainya dia dari sukumu,
kamu tentu tidak akan mau membunuhnya." Kemudian Usaid bin Hudlair, anak
pamannya Sa'ad bin Mu'adz, berdiri seraya berkata; "Justru kamu yang
dusta, demi Allah yang mengetahui umur hamba-Nya, kami pasti akan membunuhnya.
Sungguh kamu telah menjadi seorang munafiq karena membela orang-orang
munafiq." Maka suasana pertemuan menjadi semakin memanas, antara dua suku,
Aus dan Khazraj hingga mereka hendak saling membunuh, padahal Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam masih berdiri di atas mimbar. 'Aisyah melanjutkan;
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terus menenangkan mereka hingga
akhirnya mereka terdiam dan beliau pun diam. 'Aisyah berkata; "Maka aku
menangis sepanjang hariku, air mataku terus berlinang dan aku tidak bisa tidur
tenang karenanya hingga akhirnya kedua orangtuaku berada di sisiku, sementara
aku telah menangis selama dua malam satu hari, hingga aku menyangka air mataku
telah kering." Ketika kedua orangtuaku sedang duduk di dekatku, dan aku
terus saja menangis, tiba-tiba seorang wanita Anshar datang meminta izin
menemuiku, lalu aku mengizinkannya. Kemudian dia duduk sambil menangis
bersamaku. Ketika kami seperti itu, tiba-tiba Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam datang lalu duduk. 'Aisyah berkata; "Namun beliau tidak duduk di
dekatku sejak berita bohong ini tersiar. Sudah satu bulan lamanya peristiwa ini
berlangsung sedangkan wahyu belum juga turun untuk menjelaskan perkara yang
menimpaku ini." Aisyah berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam lalu membaca syahadat ketika duduk, kemudian bersabda: "Wahai
'Aisyah, sungguh telah sampai kepadaku berita tentang dirimu begini dan begini.
Jika kamu bersih, tidak bersalah pasti Allah akan membersihkanmu. Namun jika
kamu telah melakukan dosa, maka mohonlah ampun kepada Allah dan bertaubatlah
kepada-Nya, karena seorang hamba bila dia mengakui telah berbuat dosa lalu
bertaubat, Allah pasti akan menerima taubatnya." Setelah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menyelesaikan kalimat yang disampaikan, aku
membersihkan air mataku agar tidak nampak tersisa setetespun, lalu aku katakan
kepada ayahku; "Belalah aku terhadap apa yang di katakan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tentang diriku." Ayahku berkata; "Demi
Allah, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam." Lalu aku katakan kepada ibuku: "Belalah aku
terhadap apa yang di katakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang
diriku." Ibuku pun menjawab; "Demi Allah, aku tidak mengetahui apa
yang harus aku katakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam."
'Aisyah berkata; "Aku hanyalah seorang wanita yang masih muda belia,
memang aku belum banyak membaca Al Qur'an. Demi Allah, sesungguhnya aku telah
mengetahui bahwa kalian telah mendengar apa yang diperbincangkan oleh
orang-orang, hingga kalian pun telah memasukkannya dalam hati kalian lalu
membenarkan berita tersebut. Seandainya aku katakan kepada kalian bahwa aku
bersih dan demi Allah, Dia Maha Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti tidak
akan membenarkan aku. Seandainya aku mengakui (dan membenarkan fitnah tersebut)
kepada kalian, padahal Allah Maha Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti
membenarkannya. Demi Allah, aku tidak menemukan antara aku dan kalian suatu
perumpamaan melainkan seperti ayahnya Nabi Yusuf 'alaihis salam ketika dia
berkata: ("Bershabarlah dengan shabar yang baik karena Allah akan
mengungkap apa yang kalian") QS Yusuf ayat 18. Setelah itu aku pergi
menuju tempat tidurku dan Allah mengetahui hari itu aku memang benar-benar
bersih dan Allah-lah yang akan membebaskanku dari tuduhan itu. Akan tetapi,
demi Allah, aku tidak menduga kalau Allah akan menurunkan wahyu yang
menerangkan tentang urusan yang menimpaku. Karena menurutku tidak pantas bila
wahyu turun lalu dibaca orang hanya karena menceritakan masalah peribadiku ini.
Aku terlalu rendah bila Allah membicarakan masalahku ini. Tetapi aku hanya
berharap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendapatkan wahyu lewat mimpi
bahwa Allah membersihkan diriku. Dan demi Allah, sungguh Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tidak ingin beranjak dari tempat duduknya dan tidak pula
seorang pun dari keluarganya yang keluar melainkan telah turun wahyu kepada
beliau. Beliau menerima wahyu tersebut sebagaimana beliau biasa menerimanya
dalam keadaan yang sangat berat dengan bercucuran keringat seperti butiran
mutiara, padahal hari itu adalah musim dingin. Ini karena beratnya wahyu yang
diturunkan kepada beliau. 'Aisyah berkata; Setelah itu nampak muka beliau
berseri dan dalam keadaan tertawa. Kalimat pertama yang beliau ucapkan adalah:
"Wahai 'Aisyah, sungguh Allah telah membersihkan dirimu." 'Aisyah
berkata; "Lalu ibuku berkata kepadaku: "Bangkitlah untuk menemui
beliau." Aku berkata: "Demi Allah, aku tidak akan berdiri kepadanya
dan aku tidak akan memuji siapapun selain Allah 'azza wajalla. Maka Allah
menurunkan ayat "Sesungguhnya orang-orang yang menyebarkan berita bohong
diantata kalian adalah masih golongan kalian juga…" QS An Nuur; 11 dan
seterusnya sebanyak sepuluh ayat. Selanjutnya turun ayat yang menjelaskan
terlepasnya diriku dari segala tuduhan. Abu Bakar Ash Shiddiq yang selalu
menanggung hidup Misthah bin Utsatsah karena memang masih kerabatnya berkata:
"Demi Allah, setelah ini aku tidak akan lagi memberi nafkah kepada Misthah
untuk selamanya, karena dia telah ikut menyebarkan berita bohong tentang
'Aisyah." Kemudian Allah menurunkan ayat; "Dan janganlah orang-orang
yang memiliki kelebihan dan kelapangan diantara kalian bersumpah untuk tidak
lagi memberikan kepada …..hingga ayat…. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." QS An Nuur; 22. Lantas Abu Bakar berkata; "Ya, demi
Allah, sungguh aku lebih mencintai bila Allah mengampuniku." Maka dia
kembali memberi nafkah kepada Misthah sebagaimana sebelumnya dan berkata;
"Aku tidak akan mencabut nafkah kepadanya untuk selama-lamanya."
'Aisyah berkata; "Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah
bertanya kepada Zainab binti Jahsy tentang masalahku seraya berkata:
"Wahai Zainab, apa yang kamu ketahui dan apa pendapatmu?." Zainab
menjawab: "Wahai Rasulullah, aku menjaga pendengaran dan penglihatanku,
demi Allah aku tidak mengetahui tentang dia melainkan kebaikan." 'Aisyah
berkata; "Padahal dialah orang yang telah mengolok-olokku
(membanding-bandingkanku dengan kecantikannya -pent) diantara istri-istri Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, namun Allah menjaganya dengan kewara'an."
'Aisyah berkata; "Saudara perempuan dari Zainab bernama Hamnah mulai
membantah perkataannya, hingga ia binasa bersama orang-orang yang binasa (yaitu
bersama orang-orang yang ikut serta menyebarkan berita bohong)." Ibnu
Syihab berkata; "Inilah kabar yang sampai kepadaku tentang orang-orang
yang terlibat memperbincangkan peristiwa bohong itu." Kemudian 'Urwah
berkata; 'Aisyah berkata; "Demi Allah, sesungguhnya salah seorang yang
terlibat menyebarkan berita bohong ini berkata; "Maha suci Allah. Demi
Dzat Yang jiwaku berada ditangan-Nya, aku tidak pernah sama sekali menyingkap
tirai seorang wanita." 'Aisyah berkata; "Setelah itu, sahabat
tersebut gugur sebagai syuhada' di jalan Allah." (Al-Bukhari, Shahih
Al-Bukhari: Kitab al-Maghazi: Bab Hadits al-Ifki, III: 37-40: 4141; pada bab ini terdapat enam hadis yang satu diantaranya
adalah hadis tersebut di atas)
Keutamaan ‘Aisyah Radliyallahu
‘Anha
Imam Al-Bukhari pada kitab Shahih-nya,
membuat sebuah bab berjudul Kitab Fadla-il Ash-hab an-Nabiy (Keutamaan Para
Sahabat Nabi saw): Bab Fadl ‘Aisyah Radliyallahu ‘Anha (Bab Keutamaan ‘Aisyah
Radliyallahu ‘Anha). Padanya terdapat delapan nomor hadis (3768 hingga 3775)
berdasarkanShahih Al-Bukhari versi
Matnu Masykul Al-Bukhari bi Haatsiyati As-Sindi, Jilid II [I-IV], Halaman 345-346.
Beirut-Libanon: Darul Fikr, 2006.Tujuh dari kedelapan hadis yang dimaksud adalah sebagai
berikut.
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ
قَالَ أَبُو سَلَمَةَ إِنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا يَا عَائِشَ هَذَا
جِبْرِيلُ يُقْرِئُكِ السَّلَامَ فَقُلْتُ وَعَلَيْهِ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ
اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ تَرَى مَا لَا أَرَى تُرِيدُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
3768- Telah bercerita kepada kami
Yahya bin Bukair telah bercerita kepada kami Al Laits dari Yunus dari Ibnu
Syihab Abu Salamah berkata bahwa 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; Pada suatu
hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Wahai 'Aisyah,
ini ada malaikat Jibril datang untuk menyampaikan salam kepadamu". Aku
katakan; "Wa 'alaihis salam wa rahmatullahi wa barakaatuh (Salam
sejahtera, rahmat Allah dan barakah-Nya baginya), baginda dapat melihat sesuatu
yang aku tidak melihatnya". Yang dimaksud bisa melihat oleh 'Aisyah adalah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
حَدَّثَنَا
آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ و حَدَّثَنَا عَمْرٌو أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ
عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ مُرَّةَ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَمَلَ مِنْ الرِّجَالِ كَثِيرٌ وَلَمْ يَكْمُلْ مِنْ النِّسَاءِ إِلَّا مَرْيَمُ
بِنْتُ عِمْرَانَ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ وَفَضْلُ عَائِشَةَ عَلَى
النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ
3769- Telah bercerita kepada kami Adam
telah bercerita kepada kami Syu'bah berkata; Dan diriwayatkan pula, telah
bercerita kepada kami 'Amru telah mengabarkan kepada kami Syu'bah dari 'Amru
bin Murrah dari Murrah dari Abu Musa Al Asy'ariy radliallahu 'anhu berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Manusia yang
sempurna dari kalangan laki-laki sekian banyak, namun tidak ada manusia
sempurna dari kalangan wanita melainkan Maryam bin ti 'Imran, Asiyah, dan
istrinya Fir'aun. Dan keutamaan 'Aisyah terhadap wanita-waita lain bagaikan
keutamaan makanan tsarid dibandingkan seluruh makanan lain." (Tsarid
adalah sejenis makanan yang terbuat dari daging dan roti yang dibuat bubur dan
berkuah).
حَدَّثَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَبْدِ الْمَجِيدِ
حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ أَنَّ عَائِشَةَ
اشْتَكَتْ فَجَاءَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَقَالَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ تَقْدَمِينَ
عَلَى فَرَطِ صِدْقٍ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَعَلَى أَبِي بَكْرٍ
3771- Telah bercerita kepadaku
Muhammad bin Basysyar telah bercerita kepada kami 'Abdul Wahhab bin 'Abdul
Hamid telah bercerita kepada kami 'Ibnu 'Aun dari Al Qasim bin Muhammad bahwa
'Aisyah radliallahu 'anha mengeluh lalu datang Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma
seraya berkata; "Wahai Ummul Mu'minin, anda adalah orang yang mula-mula
(masuk surga) bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Abu
Bakr".
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْحَكَمِ
سَمِعْتُ أَبَا وَائِلٍ قَالَ لَمَّا بَعَثَ عَلِيٌّ عَمَّارًا وَالْحَسَنَ إِلَى
الْكُوفَةِ لِيَسْتَنْفِرَهُمْ خَطَبَ عَمَّارٌ فَقَالَ إِنِّي لَأَعْلَمُ
أَنَّهَا زَوْجَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَلَكِنَّ اللَّهَ ابْتَلَاكُمْ
لِتَتَّبِعُوهُ أَوْ إِيَّاهَا
3772- Telah bercerita kepada kami
Muhammad bin Basysyar telah bercerita kepada kami Ghundar telah bercerita
kepada kami Syu'bah dari Al Hakam, aku mendengar Abu Wa'il berkata; "Ketika
'Ali mengutus 'Ammar dan Al Hasan ke kota Kufah untuk mengerahkan mereka
berjihad, 'Ammar menyampaikan khuthbah. Katanya; "Sungguh aku mengetahui
bahwa dia (maksudnya Aisyah) adalah istri beliau (shallallahu 'alaihi wasallam) di dunia dan akhirat, akan tetapi
sekarang Allah menguji kalian apakah akan mentaati-Nya (mentaa'ti 'Ali radliallahu 'anhuma sebagai pemimpin yang
berarti mentaati Allah)
atau mengikuti dia('Aisyah radliallahu 'anha) ".
حَدَّثَنَا
عُبَيْدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا اسْتَعَارَتْ مِنْ أَسْمَاءَ
قِلَادَةً فَهَلَكَتْ فَأَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِهِ فِي طَلَبِهَا فَأَدْرَكَتْهُمْ الصَّلَاةُ
فَصَلَّوْا بِغَيْرِ وُضُوءٍ فَلَمَّا أَتَوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ شَكَوْا ذَلِكَ إِلَيْهِ فَنَزَلَتْ آيَةُ التَّيَمُّمِ فَقَالَ
أُسَيْدُ بْنُ حُضَيْرٍ جَزَاكِ اللَّهُ خَيْرًا فَوَاللَّهِ مَا نَزَلَ بِكِ أَمْرٌ
قَطُّ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ لَكِ مِنْهُ مَخْرَجًا وَجَعَلَ لِلْمُسْلِمِينَ
فِيهِ بَرَكَةً
3773- Telah bercerita kepada kami
'Ubaid bin Isma'il telah bercerita kepada kami Abu Usamah dari Hisyam dari
bapaknya dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa dia meminjam kepada Asma'
sebuah kalung lalu kalung itu rusak. Maka Rasulullah perintahkan orang-orang
dari para shahabat beliau untuk mencarinya. Kemudian waktu shalat tiba dan
akhirnya mereka shalat tanpa berwudlu'. Ketika mendatangi Nabi shallallahu
'alaihi wasallam mereka mengadukan kejadian tersebut. Maka kemudian turunlah
ayat tentang perintah bertayamum. Lalu Usaid bin Hudlair berkata; "Semoga
Alah memberi balasan kebaikan kepada anda ('Aisyah). Demi Allah, tidalah datang
problem kepada anda melainkan Allah memberikan jalan keluarnya dan menjadikan
hal itu sebagai barakah buat kaum muslimin".
حَدَّثَنِي
عُبَيْدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا كَانَ فِي مَرَضِهِ
جَعَلَ يَدُورُ فِي نِسَائِهِ وَيَقُولُ أَيْنَ أَنَا غَدًا أَيْنَ أَنَا غَدًا
حِرْصًا عَلَى بَيْتِ عَائِشَةَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَلَمَّا كَانَ يَوْمِي سَكَنَ
3774- Telah bercerita kepadaku 'Ubaid
bin Isma'il telah bercerita kepada kami Abu Usamah dari Hisyam dari bapaknya
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika menderita sakit, beliau
bergilir tinggal di rumah istri-istri beliau dan berkata; "Besok aku
tinggal dimana, besok aku tinggal dimana" (menunjukkan kegelisahan beliau)
karena sangat ingin tinggal di rumah 'Aisyah radliallahu 'anha". 'Aisyah
radliallahu 'anha berkata; "Ketika giliran hariku, beliau menjadi
tenang".
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ حَدَّثَنَا هِشَامٌ
عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ النَّاسُ يَتَحَرَّوْنَ بِهَدَايَاهُمْ يَوْمَ عَائِشَةَ
قَالَتْ عَائِشَةُ فَاجْتَمَعَ صَوَاحِبِي إِلَى أُمِّ سَلَمَةَ فَقُلْنَ يَا
أُمَّ سَلَمَةَ وَاللَّهِ إِنَّ النَّاسَ يَتَحَرَّوْنَ بِهَدَايَاهُمْ يَوْمَ
عَائِشَةَ وَإِنَّا نُرِيدُ الْخَيْرَ كَمَا تُرِيدُهُ عَائِشَةُ فَمُرِي رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَأْمُرَ النَّاسَ أَنْ يُهْدُوا
إِلَيْهِ حَيْثُ مَا كَانَ أَوْ حَيْثُ مَا دَارَ قَالَتْ فَذَكَرَتْ ذَلِكَ أُمُّ
سَلَمَةَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ فَأَعْرَضَ عَنِّي
فَلَمَّا عَادَ إِلَيَّ ذَكَرْتُ لَهُ ذَاكَ فَأَعْرَضَ عَنِّي فَلَمَّا كَانَ فِي
الثَّالِثَةِ ذَكَرْتُ لَهُ فَقَالَ يَا أُمَّ سَلَمَةَ لَا تُؤْذِينِي فِي
عَائِشَةَ فَإِنَّهُ وَاللَّهِ مَا نَزَلَ عَلَيَّ الْوَحْيُ وَأَنَا فِي لِحَافِ
امْرَأَةٍ مِنْكُنَّ غَيْرِهَا
3775- Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin 'Abdul
Wahhab telah bercerita kepada kami Hammad telah bercerita kepada kami Hisyam
dari bapaknya berkata; "Orang-orang biasa memilih memberikan hadiah
mereka (kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) saat beliau giliran di rumah
'Aisyah radliallahu 'anha. 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; "Maka
shahabat-shahabatku (para istri Nabi yang lain) berkumpul pada Ummu Salamah dan
berkata; "Wahai Ummu Salamah, sesungguhnya orang-orang memberikan hadiah
kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau giliran di rumah
'Aisyah. Dan kami menghendaki kebaikan sebagaimana yang juga 'Aisyah
radliallahu 'anha kehendaki. Maka itu mintalah kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam agar beliau memerintahkan orang-orang apabila hendak memberi
hadiah kepada beliau agar memberikanya kepada beliau saat beliau berada dimana
saja dari giliran belau (di rumah istri-istrinya) ". 'Aisyah radliallahu
'anha berkata; "Maka Ummu Salamah menyampaikan hal ini kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam". Ummu Salamah berkata; "Beliau menolak
berbicara denganku. Dan ketika beliau datang kembali kepadaku, aku sampaikan
lagi hal itu namun beliau tetap menolak berbicara. Ketika untuk yang ketiga
kalinya aku sampaikan, beliau berkata kepadaku: "Wahai Ummu Salamah,
janganlah kamu sakiti aku dalam masalah 'Aisyah. Karena demi Allah, tidak ada
wahyu yang turun kepadaku saat aku dalam selimut seorang istri diantara kalian
kecuali dia ('Aisyah) ".
Posisi ‘Aisyah dari Sepuluh Sahabat yang Paling Banyak
Meriwayatkan Hadis Nabi Saw.
و
منهم المكثرون و هم: أبو هريرة روى 5374، و ابن عمر روى 2630، و أنس بن مالك روى 2286، و عائشة روى 2210، و ابن عباس روى 1660، و جابر بن عبد الله روى 1540، و أبو سعيد الخدري روى 1170. (Abu Nabhan Hamdan, Kitab Musthalah
al-Hadits, hlm. 31)
Diantara para sahabat terdapat al-Mukatstsarun
(Sahabat-sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis), mereka adalah: [1]
Abu Hurairah meriwayatkan 5374 hadis, [2] Ibnu ‘Umar meriwayatkan 2630 hadis,
[3] Anas ibn Malik meriwayatkan 2286 hadis, [4] ‘Aisyah meriwayatkan 2210
hadis, [5] Ibnu ‘Abbas meriwayatkan 1660 hadis, [6] Jabir ibn ‘Abdullah
meriwayatkan 1540 hadis, dan [7] Abu Sa’id Al-Khudri meriwayatkan 1170 hadis.
Kehadiran ‘Aisyah Saat Detik-detik Wafatnya Rasulullah saw
حَدَّثَنَا
ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ حَدَّثَنَا نَافِعٌ سَمِعْتُ ابْنَ أَبِي مُلَيْكَةَ قَالَ
قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا تُوُفِّيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِي وَفِي نَوْبَتِي وَبَيْن سَحْرِي وَنَحْرِي
وَجَمَعَ اللَّهُ بَيْنَ رِيقِي وَرِيقِهِ قَالَتْ دَخَلَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ
بِسِوَاكٍ فَضَعُفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْهُ
فَأَخَذْتُهُ فَمَضَغْتُهُ ثُمَّ سَنَنْتُهُ بِهِ. (Al-Bukhari,
Shahih Al-Bukhari: Kitab Fardli al-Khumus: Bab Maa Jaa-a fii Buyuuti Azwaaji
An-Nabi, II: 219: 3100)
Telah bercerita kepada kami Ibu Abi Maram telah
bercerita kepada kami Nafi' aku mendengar Ibnu Abi Mulaikah
berkata, 'Aisyah radliallahu 'anhu berkata; "Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam wafat di rumahku saat giliran malamku dan Beliau
berbaring diantara dadaku bagian atas dan bawah sehingga Allah menyatukan
antara air ludahku dan air ludah Beliau". Dia ('Aisyah radliallahu 'anhu)
melanjutkan; "'Abdur Rahman masuk dengan memegang siwak maka siwak itu
dibagi dua oleh Nabi Shallallahu'alaihiwasallam lalu aku ambil dan aku kunyah
(untuk melembutkan) kemudian aku gunakan untuk membersihkan gigi Beliau dengan
siwak tersebut".
Berbagai Ilmu melalui Lisan ‘Aisyah Radliyallahu ‘Anha
Setelah Rasulullah wafat, rumah ‘Aisyah senantiasa
dikunjungi orang-orang dari segala penjuru untuk menimba ilmu atau berziarah ke
makam Nabi saw.‘Aisyah menjadi guru hingga masa kepemimpinan khalifah
Mu’awiyah bin Abu Sufyan ra.Berbagai informasi keilmuan datang melalui
lisannya, diantaranya tentang rumah tangga Nabawi, berbagai amalan yang paling
dicintai Nabi, jumlah raka’at shalat tarawih, air mani tidak najis, status haidl
danistihadlahserta berbagai permasalahannya, hukum suami mencium
istri setelah berwudlu, dzikir Nabi, adab buang hajat, kaifiyat mandi junub
dan berbagai permasalahannya, afdlaliyah waktu shalat ‘Isya,
beberapa syarat, rukun, serta kaifiyat shalat fardlu, sunat (tahajjud, tarawih,
dluha, ‘ied, kusuf, istisqa), dan musafir, mulasara janazah, shaum wajib
dan sunat, Ramadhannya Rasulullah, haji dan umrah, hukum
thalaq-iddah-dll., hukum persusuan, jihad wanita, beberapa adab makan,
beberapa do’a Rasulullah, dan berbagai ilmu lainnya yang andaikan ‘Aisyah tidak
menyampaikannya maka umat Islam akan seperti berada dalam malam yang gelap
gulita. Inilah Sang Ulama dari Kaum Wanita.
Biografi Singkat ‘Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq Radliyallahu
‘Anha
‘Aisyah adalah putri ‘Abdullah bin Quhafah bin ‘Amir bin ‘Amr
bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tamim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay, yang lebih dikenal
dengan nama Abu Bakar Ash-Shiddiq dan berasal dari suku Quraisy at-Taimiyyah
al-Makkiyyah.Ibunya bernama Ummu Ruman. Akan tetapi,
riwayat-riwayat lain mengatakan bahwa ibunya adalah Zainab atau Wa’id binti
‘Amir bin ‘Uwaimir bin Abdi Syams. ‘Aisyah pun digolongkan sebagai
wanita pertama yang masuk Islam, sebagaimana perkataannya, “Sebelum aku
berakal, kedua orang tuaku sudah menganut Islam.” ‘Aisyah lahir sekitar
613/ 614 H, wafat Ramadhan 58 H (13 Juli 678 M) pada usia 66 tahun di Madinah,
Arab Saudi disemayamkan di pemakaman Baqi’.Kehidupannya penuh kemuliaan,
kezuhudan, ketawadluan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah, selalu
beribadah, serta senantiasa melaksanakan shalat malam. (berbagai sumber) .
Wallahu A’lam. Abu Akyas.
by Pembina RG UG
@Kominfo RG UG PPI 259 Firdaus